Rabu, 12 November 2008

BARRACK OBAMA SKUL DI INDONESIA



Kemenangan Barack Obama dalam perebutan tiket calon presiden Partai Demokrat disambut baik orang-orang yang pernah menjadi teman masa kecilnya. "Saya tidak pernah membayangkan ia akan menjadi orang hebat," kata Widianto Hendro Cahyono (48). Pria ini pernah menjadi teman sebangku Obama saat belajar di SDN Menteng 01 Jakarta.Di sekolah itulah Obama pernah menghabiskan sebagian masa kecilnya di Indonesia. yaitu antara usia 6-10 tahun. Ketika nama Obama mulai dikenal, mantan teman dan gurunya pun mencoba menggali kembali ingatan mereka ke masa lampau."Ia tergolong siswa yang biasa-biasa saja, tetapi sangat aktif. Ia selalu main bola tiap istirahat sampai mandi keringat," kata Cahyono yang sama-sama duduk di kelas tiga di sekolah itu.Yang tak kalah bangga adalah sang kepala sekolah, Kuwadiyanto. Ia berharap suatu saat Obama mau berkunjung ke Indonesia.Orang Indonesia lain yang berharap pada Obama adalah Djoko Susilo, bahwa Obama bisa meningkatkan hubungan bilateral dengan AS di bawah Obama. "Yang penting adalah menghentikan perang di Irak, Afghanistan dan lain-lain," kata politisi Partai Amanat Nasional itu.Tidak hanya di Indonesia, warga negara lain juga berharap pada perubahan yang kelak dibawa Obama. Khususnya tentang janji mengubah wajah Amerika yang militeristik menjadi lebih ramah. Penghentian perang merupakan salah satu isu penting yang digarap Obama untuk mengobati kekecewaan warga Amerika yang sudah lelah berperang.Wajah damai yang diinginkan Obama terhadap Amerika antara lain ditampilkannya janji-janji untuk membuka dialog dengan negara-negara yang selama ini menjadi musuh Amerika. Sebut saja Iran, Korea Utara, dan Kuba yang sejak lama diisolasi Amerika.Di Vietnam, pengusaha real estat Ngo Van Hung (33) mengaku mengalihkan dukungannya dari Hillary Clinton ke Obama setelah menyaksikan Obama berkampanye. Di Vietnam, keluarga Clinton dipuja-puja karena berinisiatif memulihkan hubungan diplomatik yang puluhan tahun terputus.Seperti kebanyakan warga Vietnam lain yang menderita dalam perang yang melibatkan militer AS, Hung menentang perang Irak. Ia sangat senang ketika mendengar Obama menentang perang itu."Obama menolak perang Irak sejak awal. Ia terlihat sebagai pecinta damai. Ia punya pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana memperlakukan orang yang berbeda kewarganegaraan dan berbeda negara," kata Hung.Seorang pengamat dari China memperkirakan tidak akan ada perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS. Namun pasti warna kebijakan akan berubah secara keseluruhan, begitu Obama menguasai Gedung Putih."Dia akan membawa energi baru ke politik domestik dan kebijakan luar negeri AS. Itu pilihan baik bagi Demokrat," kata Zhe Feng, wakil direktur Center of International and Strategic Studies di Universitas Peking di Beijing.Seoal kemungkinan Obama menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika, Zhu mengatakan latar belakang etnis Obama tidak begitu berarti bagi rakyat China. "Dia menunjukkan belas kasih, inspirasi, kebijaksanaan dan intelijensia. Ia pembicara yang fantastis," kata Zhu.Namun begitu, Obama menjadi tidak populer di Pakistan, setelah ia berpendapat bahwa AS harus bertindak sendiri atas informasi tentang sasaran teroris di dalam batas wilayah nasional. Itu memicu munculnya pendapat bahwa Obama tidak berbeda dengan George W Bush.Chaiwat Khamchoo, seorang profesor Thailand, mengatakan ketegangan dan konfrontasi akan berkurang, terutama di Timur Tengah, ketika AS dipimpin Obama. Meski begitu, ia memperkirakan tidak akan ada perubahan dramatis dalam hubungan AS dengan negara-negara Asia."Gaya Obama yang lebih lembut, yang menawarkan pembicaraan dan negosiasi akan mengubah citra Amerika Serikat," kata Chaiwat, profesor hubungan internasional di Universitas Chulalongkorn."Obama telah mengancam menyerang kami, bahkan sebelum menjadi presiden. Ia lebih berbahaya ketimbang Bush," kata Ibrar Ahmad (34), pengajar di perguruan tinggi pemerintah di Multan Pakistan.

Augusta B Sirait

Barack Obama
(istimewa)

INILAH.COM, DENVER – Sebuah sejarah ditorehkan Barack Obama. Rabu (27/8), secara resmi, dia menjadi calon Partai Demokrat pada Pemilu AS 2009. Obama menjadi orang kulit hitam pertama yang meraih posisi tersebut.

Hari bersejarah bagi publik AS tersebut, masih menjadi pembicaraan hangat di dunia internasional saat ini. Obama telah memutarbalikkan fakta. Empat tahun lalu, publik AS hanya duduk dan mendengar setiap kalimat pidatonya dari suatu tempat ke tempat lainnya. Publik yang semula tak menyukai dirinya, kini harus melihat kenyataan yang terbalik 180 derajat.

Karpet merah telah digelar untuk Obama pada Konvensi Nasional Partai Demokrat. Denver, bergabung dengan negara bagian lainnya, Springfield, Illinois, dan Washington DC menominasikan Barrack Obama sebagai calon presiden dari partai mayoritas.

Nominasi keempat negara bagian itu, juga menciptakan sejarah yang sudah terkungkung berabad-abad. Inilah ujung dari pembuktian komitmen melawan perbudakan dan memunculkan emansipasi.

Abraham Lincoln, kini boleh nyenyak dalam ‘tidur panjangnya’. Juga Martin Luther King Jr. Lincoln, mantan presiden AS itu, 45 tahun lalu, berjuang untuk membebaskan kalangan kulit hitam. Dia merujuk pada perjuangan yang sama, yang pernah dilakukan Martin Luther King.

Obama kini memang bergelimang sejarah, bahkan seandainya November mendatang dia kalah sekalipun dari John McCain. Obama akan mencoba menyita perhatian publik saat dirinya tampil berpidato pada acar King’s, I Have a Dream.

“Ini momen monumental bagi sejarah negara kita. Selain itu, momen tersebut tentunya akan menjadi sesuatu yang luar biasa jika ia akhirnya terpilih sebagai Presiden AS bulan November mendatang,” ujar Martin Luther King III, putra Martin Luther King Jr.

Padahal, sebelumnya, tak sedikit kader Partai Demokrat yang tak percaya diri di Konvensi Nasional. Mereka melihat keputusan mencalonkan Obama sebagai sebuah perjuangan sia-sia. Keraguan itu wajar mengingat faktor kulit hitam selama ini membuat pemilih kulit putih enggan memilih pemimpin berkulit gelap.

Isu rasial pada diri Obama memang menjadi permbicaraan serius pada publik AS. Tetapi, Obama lain. Dia tak hanya lain warna kulit, tapi juga kapasitas. Sangat sedikit para pembicara yang memberikan komentar bahwa Obama seorang politisi yang biasa-biasa saja.

Karena itu, apapun hasil Pemilu AS, November nanti, sebuah sejarah sudah ditorehkan Obama. “Orang ini mempunyai misi khusus,” ujar delegasi asal Florida, Cynthia Moore Chestnut dari kota Gainesville.

Sampai saat ini Obama sudah berjanji untuk melupakan sejenak prestasi yang ia raih sampai saat ini. “Saat saya melakukan sesuatu, kami memastikan kita semua mengatahuinya,” gurau Obama baru-baru ini.

Dua strategi utama Obama, yaitu rasisme dan perempuan, menjadikan isu terbesar antara kampanyenya dengan rivalnya Hillary Rodham Clinton.

Sebenarnya pada masa kampanye itu, sejarah juga mencatat untuk pertama kalinya wanita seorang wanita menjadi bakal kandidiat nominasi Presiden pada partai mayoritas.

Masalah hak asasi manusia (HAM) dan hak asasi perempuan akhirnya menjadi senjata utama keduanya untuk menarik hati para pemilih. Masa itu, kaum perempuan dan warga kulit hitam mendapatkan perhatian khusus di setiap acara yang digelar Partai Demokrat.

Obama adalah satu di antara berapa orang-orang kulit hitam yang peduli dengan kaum minoritas. Obama adalah putra dari laki-laki kulit hitam asal Kenya dan seorang ibu kulit putih asal Kansas. Obama secara langsung berdiri dan mengemban tugas di bahunya untuk melakukan sebuah evolusi kekuatan politik kulit hitam di negeri adidaya tersebut.

Salah satu orang yang ingin ia lampaui prestasinya adalah politisi kulit hitam pertama Frederick Douglass yang pada konvensi partai Republik tahun 1888 menerima suara terbanyak pada nominasi partai mayoritas. Selain itu ia juga akan meneruskan generasi kulit hitam sebad kemudian, Jesse Jackson, yang juga mencalonkan diri sebagai calon presiden AS, namun tidak berbuat banyak.

“Saya pikir, AS dan dunia telah melihat generasi muda yang memiliki impian melalui pandangannya yang baru pada bangsa ini,” ujar pemilik sebuah kafe berkulit putih Kate Clark.

Sementara itu, seorang veteran Perang Dunia II kulit hitam berusia 83 tahun Edwin David, mengatakan bahwa dirinya tidak sabar melihat Presiden AS berkulit hitam untuk yang pertama kalinya. [I4]
Tags : pemilu as, barack obama

BERITA TERKAIT

* Bill Clinton: Obama Siap Jadi Presiden
* Ada Hillary di Belakang Obama
* Biden Membelah Dunia
* Obama: Joe Biden Bisa Jadi Presiden
* Lagu Joss Stone untuk Obama

Tidak ada komentar: